Rabu, 21 September 2011

Memasyarakatkan Merpati Pedaging

Memasyarakatkan Merpati Pedaging

Jangan terlalu memandang tinggi merpati. Unggas ini memang memiliki nilai jual tinggi, terutama merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Tetapi jika modal Anda pas-pasan, dan ingin perputaran uang dengan segera, beternak merpati pedaging pun bisa memberi keuntungan yang lumayan.

PEMELIHARAAN merpati (Columba livia) di Indonesia terbagi dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang memeliharannya sebagai unggas kesayangan, baik sebagai merpati balap, merpati tinggian, maupun merpati pos. Kedua, mereka yang sengaja memeliharanya untuk tujuan komersial, dalam hal ini peternak.

Termasuk dalam kelompok kedua antara lain peternak merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Lalu, di manakah posisi peternak merpati pedaging ? Sebenarnya mereka termasuk dalam kelompok kedua, tetapi jumlahnya masih belum seberapa.

Sampai sejauh ini belum banyak peternak merpati pedaging. Kalau di sejumlah restoran, warung makan, maupun warung tenda di pinggir jalan menyajikan menu dara goreng, sebagian besar bahan bakunya berasal dari merpati afkiran. Merpati afkiran adalah merpati yang sudah tua.

Di AS, merpati muda (25-30 hari) atau dikenal sebagai squab menjadi salah satu menu favorit.

Dagingnya lunak dan enak. Daging merpati mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan tinggi. Apabila sudah populer, diharapkan dapat menjadi substitusi dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia, khususnya daging ayam, sapi, dan kambing.

Ras Pedaging

Tidak sulit beternak merpati pedaging. Siklus reproduksinya yang singkat, yakni 35 hari, membuat usaha beternak merpati bisa berkembang biak dengan cepat.

Artinya, induk betina mampu menghasilkan keturunan setiap 35 hari sekali. Dalam setahun, sepasang merpati mampu menghasilkan keturunan hingga 10 kali, dengan jumlah anak rata-rata dua ekor.

Sebenarnya semua jenis/ras merpati bisa dijadikan merpati potong. Yang menjadi persoalan adalah kualitas rasa, tekstur daging, dan laju pertumbuhan bobot badan.

Jika ingin beternak, idealnya memilih merpati dari ras pedaging, seperti king, carneau, mondaine, giant homer, dan homer king. Jenis yang disebut terakhir inilah yang terpopuler di Indonesia.

Merpati king dewasa memiliki bobot standar sekitar 742-857 gram (gr), sedangkan merpati remaja (muda) sekitar 686-780 gr. Namun berat potong ideal sekitar 500-700 gram, dengan lama pemeliharaan sekitar 45-60 hari.

Otot dada besar, tebal, dan rasanya sangat lezat. Itu sebabnya, merpati king sangat digemari konsumen di luar negeri.
Ada beberapa varietas warna bulu, misalnya biru, merah, dan kuning. Hampir semua varietas memiliki ukuran tubuh yang sama.

Meski namanya giant homer, postur tubuhnya justru lebih kecil daripada ras-ras merpati pedaging lainnya. Tetapi justru karena itulah masyarakat menggemarinya.

Apalagi rasa dagingnya juga lezat. Belakangan, merpati king dan giant homer disilangkan, sehingga menghasilkan ras baru bernama homer king. Ras inilah yang banyak dipelihara di Indonesia.

Perkandangan

Kandang untuk peternakan merpati dibedakan menjadi tiga, yaitu kandang jodoh (khusus penjodohan hingga mengasuh anak), kandang pembesaran, dan kandang karantina (untuk merpati sakit).

Kandang pembesaran digunakan saat merpati lepas masa sapih dari induknya.
Fase ini bisa dimulai dari umur 15 hari hingga masa panen (45-60 hari).

Kandang bersifat koloni, artinya untuk memelihara beberapa ekor sekaligus. Konstruksi kandangnya sama dengan kandang puyuh, tetapi dibuat lebih tinggi (75 cm).

Karena merpati sudah bisa terbang, usahakan bagian atapnya dibuat dari bahan yang lentur, misalnya kassa dari nilon.
Kandang berukuran 100 x 100 cm2 dapat menampung 20-25 ekor merpati hingga masa panen.

Untuk menghemat lahan, kandang disusun bertingkat, berjajar, dan saling memunggungi, seperti pada kandang ayam petelur. Kandang terbawah diberi kaki setinggi 50 cm, agar terbebas dari genangan air. Semua kandang ini berada di bawah naungan kandang induk, yang memiliki atap, pelindung dari angin dan air hujan.

Pemeliharaan

Bagian tersulit dalam pemeliharaan merpati adalah menangani piyik-piyik. Tiga hari pertama setelah menetas, piyik hanya mendapat asupan susu tembolok dari induk jantan dan betina. Se-telah itu, kedua induk bergiliran memberi makan anaknya dengan meloloh.

Secara alami, masa meloloh ini akan berlangsung 6-7 minggu. Tetapi kita bisa mempercepatnya mulai umur 15 hari, agar induk cepat bertelur lagi. Dengan demikian, peternak harus meloloh piyik-piyik tersebut, setidaknya sampai berumur 1 bulan.

Jika jumlah piyik sedikit, kita bisa melolohkan dengan mendekatkan pakan yang lembut ke mulut piyik. Tapi jika jumlahnya banyak, pekerjaan ini tentu merepotkan.

Solusinya, bisa menggunakan spuit dan selang berisi pakan yang dilembutkan, lalu dimasukkan ke mulut piyik hingga temboloknya penuh. Frekuensi pemberian pakan sekitar 3-4 kali/hari.

Pada umur 1 bulan sampai masa panen (2 bulan), merpati sudah bisa makan sendiri. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Usahakan pakan habis dalam waktu 30-60 menit, agar tak menimbulkan bau busuk yang bisa mengundang kuman penyakit (bakteri, virus, jamur, dll).

Yang terpenting adalah susunan ransum dan porsi pemberian pakan. Pakan merpati bisa dibuat dari bahan jagung kuning (50 %), gandum (34 %), je-wawut (9 %), kacang tanah (5 %) dan beras (2 %). Bahan-bahan itu diramu dalam bentuk butiran pecah.

Khusus untuk piyik, bahan pakan mesti dilembutkan dengan air matang, sehingga menjadi bubur. Dengan pemeliharaan yang benar, bobot badan homer king yang berumur 45-60 hari dapat mencapai 600-700 gram, serta sudah bisa dijual. Dengan umur yang masih muda, tentu dagingnya lebih empuk dan gurih.

Selasa, 20 September 2011

Ternak Merpati Potong, Jarang Pemainnya

Ternak Merpati Potong, Jarang Pemainnya
Senin, 18/10/2010 | 10:57 WIB
Burung dara atau merpati memang memiliki nilai jual tinggi, terutama merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Tetapi jika modal Anda pas-pasan, dan ingin perputaran uang dengan segera, beternak merpati potong pun bisa memberi keuntungan yang lumayan.

Bagi yang gemar dengan kuliner, tentu akan ingat lesehan-lesehan atau warung makan di pinggir jalan yang menyajikan menu sambal atau penyetan. Salah satu menu yang ditawarkan adalah merpati goreng. Kalau yang dipotong piyik (squab) tentu tak jadi masalah, akan tetapi kalau yang dipotong merpati balap tua dan afkir tentu menjadi masalah.
Di AS, merpati muda (25-30 hari) atau dikenal sebagai squab menjadi salah satu menu favorit. Dagingnya lunak dan enak. Daging merpati mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan tinggi. Apabila sudah populer, diharapkan dapat menjadi substitusi dalam pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia, khususnya daging ayam, sapi, dan kambing.
Permintaan yang terus mengalir adalah sebuah peluang yang belum banyak dibaca orang. Sungguh sangat sayang kalau peluang ini terlewatkan begitu saja hanya karena pasokan yang belum mencukupi. Merpati potong tetap menjanjikan peluang dan keuntungan walaupun penjualannya masih di tempat-tempat tertentu karena harganya yang masih tinggi. Tapi perlu diingat, peluang baru dengan sedikit ‘pemain’ yang menekuni, kemungkinan peluang berhasil sangat tinggi.
Pengepul merpati potong asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Supratno menyebutkan, permintaan merpati potong di pihaknya berkisar 70 sampai 200 ekor per hari. Permintaan itu tak hanya datang dari wilayah Semarang tapi juga dari luar Jawa. Dia mengaku kadang kala mendapat order merpati ke Kalimantan dalam bentuk karkas beku mencapai 200 ekor dalam sekali kirim.
Supratno memasok merpati untuk warung makan, restoran hingga hotel-hotel berbintang. Harga setiap karkas merpati yang siap diolah sekitar Rp 15.000 – Rp 20.000. “Bergantung spesifikasi permintaan bentuk fisik dan bobot badan karkas,” jelasnya. Ditambahkan Supratno, untuk keperluan konsumsi sebenarnya yang diinginkan adalah merpati yang masih anakan.
Supratno menyebutkan, bahan baku squab didapatkan dari peternak merpati di sekitar wilayah Semarang. Diantaranya Mranggen, Purwodadi, Magelang, Temanggung, Solo, Boyolali dan Ambarawa. Patokan harga per ekor merpati dengan berat badan berkisar 200 gram – 300 gram adalah Rp 12.500. Sedangkan untuk merpati yang berbobot kurang dari 200 gram, dihargai Rp 10.000 per ekor.
“Sayang, karena pembudidaya merpati potong masih jarang, maka sangat sulit untuk mendapatkan squab,” ujar Supratno. Tak jarang kemudian digunakan merpati afkiran (sudah tua) dari para pemelihara merpati untuk hobi. “Kebutuhan merpati potong banyak diperoleh dari peternak merpati hobi,” imbuhnya.

Pasar Tak Menentu

Langkanya pembudidaya merpati potong menurut Suprapno karena pasarnya yang tak menentu. Misalnya saat liburan dan hari raya, permintaan merpati diprediksi meningkat, namun ternyata tak beda jauh dengan hari biasa.
Sementara, Agus Siswanto peternak merpati hobi beranggapan, kurang menariknya bisnis merpati potong karena kendala pakan yang mahal. “Bayangkan, biaya pakan bisa mencapai 2 – 3 kali lipat dari harga jual, itu belum termasuk biaya jamu-jamu jika dijadikan merpati balapan” ujarnya.Ongkos produksi yang mahal tersebut hanya akan sepadan jika bisa menghasilkan merpati hias atau balap yang bagus. Agus yang juga putra sulung Supratno menyebutkan, di beberapa daerah di Jateng dan Jogja, pernah ada pembudidaya yang menekuni bisnis merpati potong. Tapi kini jarang sekali dijumpai.
Budidaya squab tidak mudah, selain pangsa pasar yang belum jelas juga kendala pakan. Squab, kata Agus, idealnya tidak melebihi umur 1 bulan. Lebih dari itu, nilai jualnya akan menurun. Sementara, apabila pasar lesu, bisa diperkirakan squab di kandang membludak. Akibatnya, biaya pakan jadi membengkak.
Namun bagi pakar aneka unggas dari Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Teysar Adi Sarjana, budidaya merpati sebenarnya tak terlalu sulit. Jenis unggas ini mudah beradaptasi di berbagai tempat dan jarang ditemukan penyakit. Bahkan, sampai saat ini belum ada penyakit yang spesifik pada jenis unggas tersebut. “Salah satu jenis unggas tahan penyakit adalah merpati,” katanya.
Mengenai kendala biaya pakan, menurut Teysar bisa diantisipasi dengan pemberian pakan dari berbagai biji-bijian dan bahan pakan lain yang sesuai kebutuhan nutrisi merpati. “Kebutuhan protein merpati rendah, sekitar 13 – 15 %, sehingga pakannya mudah diganti dengan meramu pakan sendiri sebagaimana pakan ayam atau itik,” jelasnya.

Ras Pedaging

Pemeliharaan merpati (Columba livia) di Indonesia terbagi dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang memeliharannya sebagai unggas kesayangan, baik sebagai merpati balap, merpati tinggian, maupun merpati pos. Kedua, mereka yang sengaja memeliharanya untuk tujuan komersial, dalam hal ini peternak.
            Termasuk dalam kelompok kedua antara lain peternak merpati balap, merpati tinggian, dan merpati pos. Lalu, di manakah posisi peternak merpati pedaging ? Sebenarnya mereka termasuk dalam kelompok kedua, tetapi jumlahnya masih belum seberapa.
            Sebenarnya semua jenis/ras merpati bisa dijadikan merpati potong. Yang menjadi persoalan adalah kualitas rasa, tekstur daging, dan laju pertumbuhan bobot badan. Jika ingin beternak, idealnya memilih merpati dari ras pedaging, seperti king, carneau, mondaine, giant homer, dan homer king. Jenis yang disebut terakhir inilah yang terpopuler di Indonesia.
            Merpati king dewasa memiliki bobot standar sekitar 742-857 gram (gr), sedangkan merpati remaja (muda) sekitar 686-780 gr. Namun berat potong ideal sekitar 500-700 gram, dengan lama pemeliharaan sekitar 45-60 hari.
            Otot dada besar, tebal, dan rasanya sangat lezat. Itu sebabnya, merpati king sangat digemari konsumen di luar negeri. Ada beberapa varietas warna bulu, misalnya biru, merah, dan kuning. Hampir semua varietas memiliki ukuran tubuh yang sama.
            Meski namanya giant homer, postur tubuhnya justru lebih kecil daripada ras-ras merpati pedaging lainnya. Tetapi justru karena itulah masyarakat menggemarinya. Apalagi rasa dagingnya juga lezat. Belakangan, merpati king dan giant homer disilangkan, sehingga menghasilkan ras baru bernama homer king. Ras inilah yang banyak dipelihara di Indonesia.
            Anak merpati balap yang disajikan sebagai burung dara goreng rata-rata hanya sekitar 0,25 kg per ekor. Sementara homer king 0,5 kg. per ekor. Daging homer king juga lebih tebal dan lebih lunak. Daging merpati balap kadang kala agak alot dan tipis.
Namun karena pasokan homer king sangat terbatas, maka merpati balap tetap mendapatkan tempat sebagai burung dara goreng di warung lesehan dan chinese food papan bawah. Faktor strata kemampuan ekonomi ini pulalah yang menjadi penyebab terciptanya strata menu burung dara goreng. Sebab harga anak merpati balap, paling tinggi hanya Rp 5.000 per ekor hidup. Sementara anak homer king bisa dihargai Rp 17.500 per ekor hidup. Tingginya harga merpati potong homer king, disebabkan oleh masih sedikitnya peternak yang mengetahui celah bisnis ini.ins

Senin, 05 September 2011

Peluang bisnis merpati Potong 2

Menangkap Peluang dengan Merpati Potong


Burung merpati adalah termasuk jenis burung yangakrab dengan manusia. Merpati tak hanya dipelihara sebagai satwa kesayangan,yaitu sebagai ternak hias dan balap. Ternak yang dijadikan lambang kesetiaan(sifat monogamous = satu pasangan) dan perdamaian ini juga termasuk salah satupenghasil daging yang cukup baik.
Bagaimana tidak, dengan siklus yang relatif pendekyaitu 35 hari sepasang merpati sudah mampu menghasilkan keturunan. Ini berartidalam kurun waktu satu tahun sepasang merpati mampu menghasilkan keturunan 10kali dengan jumlah litter size 2 ekor.
Diantara kelebihan merpati dibandingkan denganbinatang lain adalah kemampuan mengenali medan, tidak banyak menuntutpersyaratan khusus untuk kelangsungan hidupnya, makanan dan perawatannya cukupmudah, gampang dikembangbiakkan, termasuk ternak yang mudah untuk dijinakkan,dan juga keragaman jenisnya.
Bagi kita yang sudah familiar dengan penghoby kuliner,tentu akan ingat lesehan-lesehan atau warung makan di pinggir jalan yangmenyajikan menu sari laut atau lainnya. Salah satu menu yang ditawarkan adalahmerpati goreng. Kalau yang dipotong piyek (squab) tentu tak jadi masalah, akantetapi kalau yang dipotong merpati tua dan afkir tentu menjadi masalah.Permintaan yang terus mengalir adalah sebuah peluang yang belum banyak di bacaorang.
Sungguh sangat sayang kalau peluang ini terlewatkanbegitu saja hanya karena pasokan yang belum mencukupi. Merpati potong tetapmenjanjikan peluang dan keuntungan walaupun penjualannya masih di tempat-tempattertentu karena harganya yang masih tinggi. Tapi perlu diingat, peluang barudengan sedikit ‘pemain’ yang menekuni, kemungkinan peluang berhasil sangattinggi.
Berikut adalah beberapa jenis merpati yang digolongkanberdasarkan tujuan pemeliharaannya :
1.Merpati pacuan (Carrier Pigeon)
Banyak diminati orang karena daya terbangnya kuat. Ciri-cirinya antara lain :sosok tubuh yang gagah tetapi terlihat ramping, bulu tipis dan kaku, kulit padatonjolan hidungnya tebal dan besar. Merpati pacuan memiliki kemampuan terbangsejauh 200 km, tetapi kemampuan merpati jelajah modern bias mencapai 1.500 km.Merpati yang termasuk jenis ini antara lain : Belgian homer, tumbler, flyingtipper, flight, merpati pos dan yang popular di Indonesia adalah merpati localyang dilatih untuk dijadikan merpati pacuan.
 2.Merpati Hias
Lahir karena nilai rekreatif dan kesenangan. Merpati hanya dipandang dari sudutkeindahan warna bulu dan bentuk tubuh. Merpati yang termasuk jenis ini antaralain : Jacobin (lebih terkenal dengan sebutan merpati jambul), Satinette (paruhpendek), English Pouter (jangkung), Frillback, dan Florentine. Merpati hiasyang popular di Indonesia adalah merpati kipas (Fantail).
 3.Merpati Konsumsi
Dikenal juga dengan sebutan merpati potong atau pedaging. Sebenarnya semuajenis merpati bias dijadikan merpati potong. Merpati yang termasuk jenis iniadalah Carneau dan Mondaine. Jenis merpati potong yang popular di Indonesiaadalah Hummer King. Anakan Hummer King umur satu bulan bisa mencapai bobot 6-7ons dan siap jual.*(SPt)
Silahkan mengutip atau mengkopi artikel ini denganmenuliskan sumbernya : www.sentralternak.com

Peluang bisnis merpati Potong

Merpati potong dipelihara dengan tujuan dimanfaatkan daging¬nya untuk dikonsumsi. Merpati jenis ini juga dikenal dengan nama merpati pedaging. Perkembangan merpati potong dewasa ini sangat luar biasa. Banyak kalangan pengusaha menjadikan ajang bisnis yang sangat menjanjikan keuntungan.

Meskipun semua jenis merpati dapat dikonsumsi, tetapi mer¬pati hammer king lebih banyak dikembangkan di Indonesia. Jenis merpati ini pada umur satu bulan sudah bisa mencapai berat 600¬-700 g. Jenis lain yang juga dikenal sebagai merpati pedaging, yaitu mondaine (berasal dari Italia dan Prancis) dan carneau (berasal dari Belgia dan Prancis) yang, rata-rata bobotnya bisa mencapai 1 kg per ekor